Lekuk Indah Kuningan (Traveloungue, Maret 2016)

Logam itu dilelehkan pada suhu di atas 1000 derajat Celsius, sebelum menjadi cair, dituang memenuhi cetakan. Kemudian lahir patung-patung keemasan dari keterampilan tangan-tangan perajin kuningan.

Teks: Prasto Wardoyo/ Foto: Titik Kartitiani

kuningan2
Kilau tubuh Ganesha itu belum sempurna ketika seorang perajin menatahnya, merapikan bagian yang masih kasar usai dikeluarkan dari cetakan. Lekuk, garis, dan ukiran dipahat sedemikian rupa hingga menjadi bentuk yang sempurna. Dewa–Dewa Hindu itu “lahir” dari para perajin kuningan yang mayoritas beragama Islam di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dalam seni, sekat keagamaan itu luruh. Mereka memperlakukan karya patung sebagai sebuah keindahan yang menghidupi, tak lebih. Proses panjang untuk menghasilkan sebuah patung Ganesha yang berkilau sempurna dengan detail yang rumit merupakan keseharian yang dilakoni para perajin ini. Seperti sebuah doa dengan bahasa universal: kehidupan.

Mengunjungi Desa Bejijong, yang bisa ditempuh dengan berkendara sekitar satu jam dari Surabaya, kita akan melihat proses sebuah patung kuningan dibuat. Sesekali rumah para perajin yang mengepulkan asap, tanda sedang mencetak. Selebihnya berupa pekerjaan senyap yang membutuhkan ketekunan. Bermula dari ide, desain, bermain dengan panasnya titik lebur kuningan, mencetak, hingga menjadi patung yang berkelana jauh hingga manca negara.

Sebagaimana Agus Kasiyanto Gotro, salah seorang perajin yang memulai usaha sejak 1994 silam, telah mengirim patung hasil karyanya ke Malaysia, Australia dan  Inggris. Salah satunya yang kami lihat ketika mengunjungi show room sekaligus workshop di Jl. Candi Brahu, Desa Bejijong. Patung kuda troya setinggi 25cm sedang disiapkan di kardus. Selain itu, ada juga patung Dewi Sri setinggi 60cm dan patung naga setinggi 75cm yang sedang dalam proses penyempurnaan.

Kerajinan cor kuningan Bejijong bermula dari dorongan Henry Maclaine Pont kepada Sabar untuk menekuni pembuatan patung cor logam. Sabar sendiri pada saat itu adalah juru kunci Museum Trowulan (1949-1965), sebuah museum yang didirikan oleh Bupati Mojokerto R.A.A. Kromodjojo Adinegoro pada tahun 1926 bekerja sama dengan Henry Maclaine Pont. Dorongan kepada Sabar untuk menekuni pembuatan patung cor logam diberikan Maclaine saat dirinya tengah menyelesaikan pembuatan patung Yesus dan Sabar menjadi asistennya.

Dari situ, Sabar belajar secara langsung proses pembuatan patung cor logam. Bermula dari keluarganya, pada tahun 1972 setidaknya ada 5 orang yang terjun sebagai pematung. Jumlah ini semakin berkembang dan aktivitas membuat patung lantas menyebar kepada warga desa.

Dari Patung Dewa Hingga Logo Perusahaan

kuningan1
TRAVELOUNGUE, Maret 2016

Melihat ragam bentuk dan finishing dari patung kuningan karya perajin di sini, kita bisa memilih sesuai kemauan. Bahkan, patung kuningan pun tak selamanya berkilau seperti emas. Ada yang di-finishing dengan warna kusam kehijauan meniru patung kuna. Pilihan sesuai selera.

Gotro Patung Majapahit Budha Spesial membuat patung dari mulai bentuk-bentuk klasik (dewa) hingga logo perusahaan. “Ini pesanan, logo perusahaan,” kata Agus Kasiyanto Gotro   ketika menunjukkan perajin yang sedang menghaluskan patung kuningan berbentuk udang sepanjang 1 meteran.

Lain halnya dengan Joko Mulyono, selain menghasilkan patung dewa, ia juga membuat patung yang fungsional. “Sekarang orang lebih suka patung-patung yang ada manfaatnya, bukan hanya hiasan,” kata Joko di workshop-nya. Misalnya patung yang bisa untuk pembuka botol, vas, dan lain-lain. Para perajin punya spesifikasi dan pasar masing-masing.

Mimpi Para Perajin

Awalnya, teknik pembuatan patung cor kuningan dibuat satu per satu. Artinya, jika patung dibuat dengan jumlah lebih dari satu walau modelnya sama, perajin membuat lilin cetakannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Joko Mulyono melihat hal ini tak efektif dan efisien karena membutuhkan waktu dan biaya lebih. Berdasar pengalaman semasa bekerja di industri keramik, Joko mengadopsi teknik mencetak keramik ke dalam proses pembuatan patung cor kuningan.

Hasilnya, jumlah produksinya meningkat dengan tingkat presisi yang lebih tinggi. Durasi proses produksi berhasil dipangkas lebih pendek. Namun soal lain yang ditimbulkan adalah besarnya godaan untuk merepro karya milik pihak lain. Apalagi jika produk itu laku keras di pasaran.. Terkait hal ini, para perajin yang tergabung dalam koperasi mendorong lahirnya Peraturan Desa untuk mengatasi soal jiplak karya ini. Perajin yang membuat sebuah karya tertentu segera mendaftarkan karyanya untuk disosialisasikan kepada perajin lain agar tak menirunya.

Laju ekonomi dunia yang melamban, merambat juga sampai Bejijong. Cucuk Yanuar Pribadi, anak Joko Mulyono merasakan pula dampaknya. Menyikapi kondisi ini pertemuan antaranggota koperasi yang didirikan oleh perajin, dilakukan sebulan sekali. Pertemuan tak hanya bicara soal pengalokasian modal, namun juga membahas soal produk apa yang bisa diterima di pasaran agar para perajin tetap bisa bertahan.

Saat ini perajin Desa Bejijong bisa menghabiskan sekitar 10 ton kuningan per bulan untuk membuat ragam bentuk patung, seperti dewa-dewa Hindu, patung Budha, patung hewan, dan berbagai bentuk kontemporer lainnya. Pada masa puncak sebelumnya, kebutuhan akan kuningan mencapai 30 ton per bulan. Cucuk sendiri menghabiskan sekitar 500 kilogram kuningan per bulan.

Tahun lalu, patung naga, asbak, gantungan baju, tempat lilin, dan pegangan pintu banyak diminati pasar. Saat tahun berganti,  pesanan untuk patung dewa-dewa  Hindu jumlahnya meningkat. Mulai yang harganya puluhan ribu sampai puluhan juta rupiah.  Pesaing yang saat ini diwaspadai adalah produk dari Cina, Vietnam dan India utamanya untuk pasar luar negeri. Sementara untuk pasar domestik seperti Solo, Yogyakarta dan Bali sejauh ini tak perlu ada yang dikhawatirkan.

Kuningan merupakan material yang terdiri dari campuran seng dan tembaga yang dilebur. Sejauh ini, pasokan kuningan masih mencukupi meski harganya sekarang menyentuh angka 40 ribu rupiah lebih per kilogramnya. Berlipat dari harga dikisaran 17 ribu rupiah per kilogram sebelum deraan badai krismon 1997/1998.

Dentang suara martil yang merapikan cetakan kasar maupun lengking gerinda yang memekakan telinga adalah pertanda bahwa Bejijong masih menggeliat. Asap yang membubung dari tungku-tungku pembakaran cetakan tanah liat yang mengapung di atas langit desa yang menyisakan kisah kebesaran Majapahit adalah isyarat bahwa kerajinan cor kuningan Bejijong tengah dipersiapkan singgah pada sebuah tempat untuk memendarkan keindahan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *