Jika UK punya Glastonbury, membicarakan festival musik yang peduli lingkungan, Indonesia punya Synchronize Festival. Festival musik multigenre ini diselenggarakan setiap tahun di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta sejak 2016. Pada tahun 2019, Synchronize Festival mulai peduli dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh sebuah festival musik.
“Dalam tiga hari, timbunan sampah yang dihasilkan bisa sampai 11 ton. Kita menjadi sadar, di sini hura-hura tapi ada dampak tidak menyenangkan. Sejak itu, kita punya green movement,” kata David Karto, Director of Festival Synchronize Festival.
Green movement Synchronize Festival bernama S.i.S.a. Kata harfiahnya memang sisa alias sampah. Sementara kepanjangannya System Integration for Sustainability Act.
“Kita tidak hanya ingin kampanye, tapi langsung aksi dari hal yang paling dekat dengan kita. Ingat, orang datang ke Synchronize untuk nonton musik. Jadi jangan dikasih yang berat-berat, tapi tetap bertindak untuk lingkungan tanpa mereka sadari,” kata Saleh Husein—yang akrab disapa Ale—Director of Artistic yang juga salah satu inisiator S.i.S.a.